Mesir Masih di Persimpangan Jalan
Written By Unknown on Thursday, August 15, 2013 | 8:31 PM
Pasca kudeta, Pembantaian demi pembantaian kian menjadi-jadi. Terakhir, peristiwa jumat (26/ 7/2013), dengan jumlah korban meninggal dunia mencapai 400 jiwa –sebagaimana dilansir Aljazeera (28/7/13) dihitung semenjak dari awal kudeta- dari pihak penentang kudeta. Dengan angka sedemikian rupa, bukan lagi sekedar sandiwara politik, namum murni pembantaian. Hal ini menyebabkan hampir semua golongan masyarakat angkat bicara.
Di antara ulama, cendekiawan, akademisi, dan pakar hukum yang mengecam aksi penembakan terhadap demonstran penentang kudeta adalah Prof. Dr. Yusuf al-Qaradhawi (Ketua Ikatan ulama sedunia), Prof. Dr. Hasan Syafii (Penasehat Syaikhul Azhar), Prof. Dr. Muhammad Imarah (Penulis & Pimpinan Redaksi majalah Al-Azhar), Prof . Dr. Salim el-Awa (Pakar Hukum & Negarawan). Bahkan Syaikhul Azhar Prof. Dr. Ahmad Tayyib, akhirnya mulai angkat bicara menyoali peristiwa berdarah dihari jumat tersebut seperti dimuat di situs www.alazhar-alsharif.gov.eg.
Dr. Fahmi Huwaidi, seorang cendekiawan muslim Mesir, Pemikir, sekaligus penulis, dalam Koran asy-Syouruq (28/ 7/2013) menuliskan, bahwa peristiwa berdarah yang terjadi sekarang belum pernah ada dalam sejarah Mesir, yang pelaku dan korbannya adalah rakyat Mesir sendiri. Kemudian Beliau menambahkan, sungguh memalukan jika pemegang legitimasi hukum “mantan Ketua Mahkamah Agung” dan sekarang menjadi Presiden sementara, malah memperkosa hukum yang sepatutnya dijaga kedemokratisannya.
Dalam menanggapi pembantaian Jumat (26/7/2013) Presiden Sementara Adli Mansur tetap bersikukuh dengan kepentingannya da CS-nya. bahkan ia mengeluarkan amandemen atas nama Negara yang semakin menggiring rakyat Mesir ke jurang pembunuhan. Sebagaimana dilansir Koran asy-Syouruq; Surat keputusan yang dikeluarkannya bernomor 496 Thn. 2013, yang isinya memberikan hak pelaksanaan sebagian agenda Negara kepada perdana menteri sementara Dr. Hazem el-Biblawi. Dan sewaktu-waktu ketika kondisi mendesak agar Perdana Menteri memberi Ultimatum Kepada militer sepenuhnya untuk mengamankan Negara. Allahumma ihfadh Misra wa Ahliha….(IBHAS)
Labels:
Berita
Post a Comment