Sejarah tidak mampu berbohong ketika islam menguasai 2/3 dunia, kemajuan di bidang IPTEK, ekonomi, keadilan dan kesejahteraan yang tidak saja dirasakan oleh kaum muslimin, bahkan non-Muslim di seluruh belahan bumi sejak tahun 623 M dan mampu bertahan hingga berabad-abad lamanya.
Tapi belakangan, sejarah emas yang berhasil ditorehkan dan mampu bertahan berabad-abad lamanya itu kini terpuruk hampir di segala segi. Permasalahan ini telah menjadi perdebatan panjang dikalangan ummat muslim sendiri dengan menyuguhkan tema besar berjudul;"لماذ تقدم الغرب و تأخر الإسلام؟ "
Menjadi pertanyaan memang, pada satu sisi kenapa ada yang begitu mulia dengan islam sementara yang lain dengan islam yang sama justru terpuruk? Kenapa islam pada suatu masa dapat memberikan pencerahan dan harapan bagi seluruh ummat manusia, tapi pada saat yang lain islam dipandang rendah oleh umat manusia. Padahal masih dengan islam yang sama. Tentu ada sesuatu yang hilang yang menjadikannya tidak berjalan seimbang dan konsisten.
اليوم أكملت لكم دينكم و أتممت عليكم نعمتي و رضيت لكم الإسلام دينا
Padahari ini Ku-sempuurnakan untuk kamua gamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dant elah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu. (QS. Al-Maidah:3)
Setidaknya ada dua unsur dalam islam yang saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan, kedua unsur tersebut adalah Aqidah dan Syariat.
Syeikh Muhammad Syaltut ketika menjelaskan kedudukan Aqidah dan Syariat menulis: Aqidah itu didalam posisinya menurut islam adalah pokok yang kemudian dibangun syariah. Sedangkan syariat adalah hasil yang dilahirkan oleh aqidah tersebut. Dengan demikian tidak akan terdapat syariat di dalam islam, melainkan karena adanya aqidah. Sebagaimana syariat tidak akan berkembang melainkan dibawah naungan aqidah. Jelaslah bahwa syariat tanpa aqidah laksana gedung tanpa pondasi.
Aqidah sendiri pada dasarnya adalah penyerahan diri kepada Allah SWT., beriman kepada-Nya tanpa menyekutukannya, beriman kepada malaikat-malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya dan bersandar pada rukun islam. Dengan ini Aqidah mengatur hubungan antara Allah SWT dan manusia dengan membersihkan dan mensucikannya, maka seorang mukmin akan bersikap hangat dihadapan mukmin yang lainnya sesuai kadar penghambaannya pada Allah SWT., ia juga tidak membutuhkan pada yang lain sesuai kadar kebutuhannya pada Allah SWT, mencintai dirinya dan selain dirinya sesuai kadar keimanannya bahwa kemuliaan hanyalah milik Allah.
Sedangkan syariat adalah asas yang merealisasikan kemaslahatan bagi manusia. Didalamnya meliputi aturan-aturan bermuamalah, menciptakaan kehidupan yang terpuji, menyempurnakan akhlak yang baik, menumbuhkan hati yang saling mencintai dan menyayangi, membentuk pemikiran untuk memakmurkan bumi dan merealisasikan kebahagiaan didalamnya dan membiasakan manusia pada perbuatan-perbuatan baik hingga membentuk persaudaraan sesama muslim.
Seperti halnya syariat tanpa aqidah laksana gedung tanpa pondasi, maka aqidah tanpa syariat seperti pondasi yang tidak pernah menjadi suatu bangunan. Kedua unsur ini tidak biasa dipisahkan seperti tidak dapat dipisahkannya sebuah cahaya pada bola lampu. Karena Aqidah berhubungan langsung dengan manusia itu sendiri sedangkan syariat mengatur pergaulan antara manusia yang meliputi hukum-hukumnya baik itu sesama muslim ataupun non-muslim. Dengan demikian syariat sebenarnya adalah real action dari aqidah.
Sebuah pepatah Turki mengatakan, “Yang kuat adalah yang mampu bangkit saat terjatuh”, jika islam hari ini sedang terjatuh maka kejayaannya masa lalu adalah bukti islam pernah berdiri gagah. Logikanya adalah jika islam dengan kedua unsur tersebut pernah berdiri, mengapa tidak mencoba berdiri kembali dengan unsur yang sama? Mengapa kita justru mengejar khayalan-khayalan Barat yang semu? Mengapa memilih yang belum pasti dari pada yang sudah pasti? Mengapa kita belum menyadarinya?
وما يستوي الأعمى و البصير و الذين امنوا و عملوا الصالحات ولا المسئ قليلا ما تتذكرون
Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan tidaklah (pula sama) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal shaleh dengn orang-orang yang durhaka. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran. (QS. Al-Mu’min:58)
Tentu saja ada resiko saat memutuskanmelaksanakan aqidah dan syariat, dan resikot erbesarnya adalah memberikan tambahan keyakinan akan kebenaran pada Agama ini.
Wallahu ‘alambishawab.
Post a Comment